Selamat Datang! di Cafebahasa dan Drama-Bambang Setiawan-Blog Informasi Drama-Jangan lupa isikan Komentar Anda demi perbaikan ke depan-Kirim artikel Anda untuk diposting-bbg_cla@yahoo.com

Kamis, 04 April 2013

Pembelajaran Menulis Sastra


“Penghayatan dan Estetika itu penting”
Oleh: Bambang Setiawan
Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Pelita Raya Jambi

Menulis sastra membutuhkan penghayatan dan wawasan luas yang mengandung nilai estetika. Dalam buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMA dirincikan bahwa tujuan pembelajaran menulis sastra adalah siswa menguasai teori dan penulisan sastra yang berkaitan dengan unsur-unsur dan kaidah dalam penulisan sastra, teknik penulisan sastra, dan estetika, serta siswa terampil menulis sastra. Penulisan sastra membutuhkan penghayatan terhadap pengalaman yang ingin diekspresikan, dan memiliki wawasan yang luas mengenai estetika.

Rabu, 18 Januari 2012

Unsur Drama & Pementasan

UNSUR-UNSUR DRAMA

   Dalam drama tradisional (khususnya Aristoteles), lakon haruslah bergerak maju dari suatu beginning (permulaan), melalui middle (pertengahan), dan menuju pada ending (akhir). Dalam teks drama disebut sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Eksposisi, adala bagian awal yang memberikan informasi kepada penonton yang diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau memperkenalkan siapa saja tokoh-tokohnya yang akan dikembangkan dalam bagian utama dari lakon, dan memberikan suatu indikasi mengenai resolusi. Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya. Gangguan-gangguan, halangan-halangan dalam mencapai

Perbedaan Drama dan Teks Lain


PERBEDAAN DRAMA DAN TEKS SASTRA LAINNYA

Apa yang membedakan teks drama dengan teks cerita rekaan? Anda tentu saja masih ingat bahwa dala novel Belenggu karya Armijn Pane, pengarangnya menceritakan kisahannya dengan melibatkan tokoh-tokoh Tono, Tini, Yah lewat kombinasi antara dialog dan narasi. Sementara itu, dalam teks drama yang lebih mendominasi adalah dialog. Narasi hanya terbatas berupa petunjuk pementasan yang disebut sebagai teks sampingan. Lewat petunjuk pementasan (yang kebanyakan dicetak miring) itulah pengaranag naskah drama memberi arahan penafsiran agar tidak terlalu melenceng ari apa yang sebenarnya dikehendaki. Ciri khas apa yang terdapat dalam drama? Ada gerak seperti mengacungkan tangan, membentak, dan ketakutan.

Dasar-Dasar Apresiasi Drama

BEBERAPA PENGERTIAN

1.   Kalau membuka kamus Dunia Baru (1989) akan dijumpai entri atau lena ‘drama’ (hlm. 413) dan teater atau teater.Drama diartikan sebagai  Atau disalin secara bebas “suatu karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung konflik yang disajikan dala bentuk dialog dan laga, dan dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas”, sedangkan kata theater diartikan sebagai atau ‘suatu tempat di mana lakon-lakon, opera-opera, film-film, dsb. dipertunjukkan”.

Pengertian Drama

Pengertian Drama

Teater (Bahasa Inggris "theater" atau "theatre", Bahasa Perancis "théâtre" berasal dari Bahasa Yunani "theatron", θέατρον, yang berarti "tempat untuk menonton") adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Ada juga yang mengatakan bahwa Teater berasal dari kata bahasa Yunani, theatron yang berarti tempat. Ada juga yang mengatakan teater sebagai panggung (stage). Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya,

Sejarah Teater


Sejarah dan Perkembangan Teater di Indonesia

Teater sebagai kegiatan pertunjukan mempunyai beberapa ciri yaitu teater sebagai salah satu seni pertunjukan. Seni kolekti , dan memerlukan penonton, sebagai deni, teater berhubungan dengan seni gerak, seni tata rias dan seni tata busana, sebagai seni kolektif, karena teater dikerjakan secara bersama-sama seperti antara sutradara dan pelaku, serta antara pelaku dan petugas tata rias dan tata busana, teater juga membutuhkan penonton, karena tanpa penonton teater tidak bermakna.
Teater dikenal masyarakat Indonesia sejak lama, berasal dari teater-teater daerah yang disebut teater tradisional. Menurut Kasim Ahmad dalam Herman J, Waluyo (2001 :73-75) teater tradisional dibagi menjadi tiga macam, Yaitu: